Misteri Kematian Vian Ruma, Aktivis Penolak Geotermal di Flores

Demonstrasi penolakan proyek geothermal di Poco Leok, Manggarai, Nusa Tenggara Timur (Foto: dok. Pemuda Adat Poco Leok).

PARBOABOA, Jakarta - Kematian Rudolfus Oktavianus Ruma atau Vian Ruma (30), aktivis lingkungan asal NTT yang dikenal vokal menolak proyek geotermal di Pulau Flores, menyisakan tanda tanya besar. 

Ia ditemukan meninggal dunia dalam kondisi tergantung di sebuah gubuk bambu di Kampung Wodo Mau, Desa Tonggo, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo, pada Jumat (5/9/2025).

Jenazah Vian pertama kali ditemukan warga dalam keadaan membengkak dan membusuk, dengan posisi leher terikat tali namun kaki masih menyentuh lantai bambu. 

Di sekitar tubuhnya masih terdapat barang-barang pribadi seperti telepon genggam, tas, sepatu, sandal, serta sebuah motor Honda CRF di luar gubuk. Kondisi ini menimbulkan banyak dugaan kejanggalan.

Menurut Koalisi Kelompok Orang Muda untuk Perubahan Iklim (KOPI), Vian terakhir terlihat pada Selasa, 2 September. Hari itu ia berencana menghadiri syukuran bersama kekasihnya sekaligus persiapan kegiatan "Mbay Youth Day". 

Dua rekannya sempat mengajaknya jalan sore, namun Vian tak kunjung menyusul meski sebelumnya menjawab singkat, “gass”.

Malam harinya, sang kekasih berulang kali menghubungi Vian karena mereka sudah berjanji menghadiri acara bersama. Vian hanya menjawab “5 menit lagi”, sebelum teleponnya mati. 

Ponselnya memang kerap bermasalah, sehingga tidak langsung menimbulkan kecurigaan. Namun hingga acara berlangsung, Vian tak pernah muncul. Sejak Rabu hingga Kamis, ia hilang kontak hingga akhirnya ditemukan meninggal pada Jumat.

Kejanggalan di Lokasi Penemuan

Efraim Mbomba Reda dari Koalisi KOPI menilai kematian Vian janggal. Ia menyebut, “Koalisi KOPI, keluarga Vian, kerabat dan semua yang mengenal Vian tidak yakin dia bunuh diri. Di kampung, Vian salah satu pemuda kebanggaan.”

Menurutnya, posisi tubuh yang tergantung dengan kaki masih menyentuh lantai serta tidak adanya kerusakan di lokasi memperkuat dugaan bahwa kasus ini bukan murni bunuh diri. 

Terlebih, kondisi mental Vian saat itu disebut baik karena ia sedang menantikan agenda penting bersama kekasih serta peranannya dalam kegiatan "Mbay Youth Day".

Hal serupa disampaikan rekan sesama aktivis, Magdalena Eda Tukan. Ia membenarkan kabar kematian Vian namun belum bisa memastikan penyebabnya. 

“Kami dapat kabar sejak Jumat pagi, sampai detik ini kami belum tahu persis penyebab kematiannya,” ujarnya dalam pernyataan yang diterima PARBOABOA pada Rabu (10/9/2025).

Kasus ini pun memicu sorotan luas. Walhi NTT menegaskan agar kepolisian mengusut secara transparan, profesional, dan akuntabel. 

“Kematian almarhum Vian Ruma tidak boleh dibiarkan menjadi misteri tanpa jawaban,” tulis Walhi dalam pernyataan resminya yang dikutip PARBOABOA, Kamis (11/9/2025). 

Mereka juga menekankan pentingnya perlindungan bagi aktivis dan masyarakat yang memperjuangkan lingkungan.

Wakil Ketua Komisi XIII DPR RI, Andreas Hugo Pareira, turut mendesak aparat penegak hukum bersikap serius. 

Bagi Andreas, ini bukan hanya soal hilangnya nyawa seorang anak bangsa, "tetapi juga menyangkut aspek perlindungan hak asasi manusia serta jaminan kebebasan berekspresi warga negara.” 

Ia menekankan bahwa kasus ini harus diungkap sebenar-benarnya sesuai fakta.

Langkah Kepolisian 

Kepolisian Resor Nagekeo menyatakan masih melakukan penyelidikan. Kapolres Nagekeo, AKBP Rachmad Muchamad Salili, mengungkapkan rencana ekshumasi dan autopsi terhadap jenazah Vian untuk memastikan penyebab kematian. 

“Kami akan berkoordinasi dengan pihak keluarga agar bisa diketahui secara pasti penyebab kematian korban,” ujar Rachmad.

Ia menambahkan, hasil visum luar tidak cukup untuk menyimpulkan penyebab kematian karena kondisi tubuh korban sudah membusuk. 

Diduga, Vian meninggal sekitar empat hari sebelum ditemukan. Polisi juga memeriksa sejumlah saksi, termasuk kepala desa, ketua RT, serta keluarga korban.

Aktivis dan Guru Muda

Di luar kiprahnya sebagai pengurus Koalisi KOPI, Vian dikenal sebagai guru Matematika di SMPN 1 Nangaroro. Ia aktif mengorganisir kegiatan anak muda, termasuk menjadi panitia pengarah dalam "Mbay Youth Day". 

Bagi keluarga dan rekan-rekannya, Vian adalah sosok yang penuh semangat, berintegritas, dan gigih memperjuangkan kelestarian lingkungan.

Kematianan Vian menjadi simbol pentingnya perlindungan bagi para aktivis di daerah yang menyuarakan penolakan terhadap proyek-proyek yang dianggap merugikan masyarakat adat maupun merusak lingkungan. 

Publik pun menanti agar misteri kematian ini segera terungkap dan keadilan ditegakkan.

Editor: Defri Ngo
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS