Solo: Napas Budaya dan Daya Tarik yang Tak Pernah Habis

Foto Keindahan Kota Solo. (Foto: PARBOABOA)

PARBOABOA, Jakarta - Kota Solo atau Surakarta terus menjadi destinasi favorit bagi wisatawan lokal maupun luar daerah yang ingin merasakan suasana Jawa yang masih sangat kental.

Dikenal dengan slogan “Solo: The Spirit of Java”, kota ini menyuguhkan harmoni antara budaya tradisional dan nuansa modern yang bersahaja.

Diresmikan sebagai slogan pada tahun 2005, frasa itu tidak hanya sekedar menjadi identitas, tapi juga gambaran tentang karakter kota yang tetap mempertahankan ruh budaya Jawa dalam kehidupan sehari-hari.

Tak hanya terkenal sebagai kota budaya, Solo juga dikenal sebagai tempat di mana banyak perantau yang “numpang jatuh cinta”, bukan hanya pada orang, tetapi juga pada suasana dan kehangatan kota ini.

Baru-baru ini, kami melakukan penelusuran seharian penuh di berbagai sudut Kota Solo. Mulai dari pusat kuliner rakyat, destinasi budaya bersejarah, hingga tempat nongkrong kekinian yang tengah digemari anak muda.

Dari Pagi di Pasar Gede hingga Warisan Mangkunegaran

Pemberhentian pertama dimulai di Pasar Gede, pasar tradisional tertua di Kota Solo.

Dibangun pada tahun 1930 oleh arsitek Belanda Herman Thomas Karsten, pasar ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat jual beli masyarakat, tetapi juga menjadi saksi sejarah perpaduan arsitektur kolonial dan budaya Jawa.

Suasana pasar pada pagi hari tampak ramai. Para pedagang menyiapkan dagangan, mulai dari sayur-mayur, kue tradisional, hingga makanan khas Solo seperti timlo dan nasi liwet.

Warga lokal dan wisatawan tampak menyatu dalam interaksi yang akrab, memperlihatkan bagaimana pasar masih memegang peran penting dalam kehidupan masyarakat kota.

Usai menikmati sarapan pasar, perjalanan dilanjutkan ke Pura Mangkunegaran, kompleks istana peninggalan Kadipaten Mangkunegaran yang berdiri sejak tahun 1757.

Pendopo agung yang berdiri megah menjadi salah satu daya tarik utama. Menariknya, bangunan ini dibuat tanpa menggunakan paku sama sekali, menjadikannya simbol harmoni dan kekuatan dalam filosofi arsitektur Jawa.

Tidak hanya megah, kompleks ini juga menyimpan nilai filosofis yang dalam. Desain bangunannya mencerminkan prinsip hidup masyarakat Jawa: sederhana namun anggun, bersahaja namun tetap bermakna.

Di antara para pengunjung, terselip sebuah kepercayaan unik: konon, jika berhasil melingkarkan tangan mengelilingi salah satu pilar pendopo, keinginan akan terkabul.

Ketika Masa Lalu dan Masa Kini Bertemu

Destinasi selanjutnya adalah Pasar Triwindu, yang terletak tak jauh dari pusat kota. Pasar ini dikenal sebagai pusat barang antik dan vintage.

Beragam barang kuno, mulai dari radio jadul, kamera analog, hingga wayang kulit dan perabotan tempo dulu, ditawarkan oleh pedagang yang sebagian besar telah mewarisi usaha ini dari orang tua mereka.

Pasar ini telah mengalami transformasi sejak masa pendudukan Jepang, ketika banyak bangsawan dan keluarga berada menjual koleksi seni mereka demi kebutuhan hidup.

Kini, Triwindu menjadi lokasi favorit pencinta sejarah dan pecinta barang antik. Bagi generasi muda, pasar ini juga menawarkan nuansa estetik yang cocok untuk konten media sosial.

Petualangan ditutup di Warkop Purwo, sebuah kedai kopi sederhana yang terletak di pinggir rel kereta, kawasan Purwosari.

Meski baru berdiri pada 2024, tempat ini langsung mencuri perhatian kalangan muda. Suasana santai ditemani lalu lalang kereta api menciptakan pengalaman ngopi yang unik.

Nama "Purwo" sendiri merujuk pada arti kata “permulaan” dalam bahasa Jawa, makna yang pas untuk sebuah tempat yang menjadi titik awal banyak cerita, obrolan, hingga inspirasi kreatif.

Dari hiruk-pikuk pasar hingga kedamaian pendopo, dari barang-barang penuh sejarah hingga secangkir kopi sore di pinggir rel, Solo membuktikan dirinya sebagai kota yang tidak hanya dirasakan secara fisik, tetapi juga secara emosional.

Di tengah perkembangan zaman, Solo tetap mampu menjaga identitas dan karakternya. Kota ini bukan hanya tempat singgah, tapi tempat yang memberi ruang bagi siapapun untuk merasa pulang.

Dengan semangat budaya yang terus dijaga dan dibarengi inovasi yang segar, Solo membuktikan bahwa pesonanya tidak akan pudar, karena di setiap sudutnya, selalu ada cerita yang menunggu untuk ditemukan.

Editor: Luna
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS