PARBOABOA, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menegaskan dukungan penuh pemerintah terhadap pengembangan Kawasan Transmigrasi Melolo di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menurutnya, kawasan ini berpotensi menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru melalui sinergi antara transmigrasi, industri, dan masyarakat lokal.
Dalam kunjungannya ke PT Muria Sumba Manis (MSM), Selasa (19/8/2025), AHY menekankan pentingnya pemenuhan infrastruktur dasar sebagai penopang kemajuan kawasan transmigrasi tersebut.
“Infrastruktur dasar harus siap, mulai dari jalan, pelabuhan, hingga kepastian lahan. Semua ini akan mempercepat mobilitas, memperkuat logistik, dan menjadikan kawasan Melolo semakin kompetitif,” ujar AHY.
Lebih jauh, AHY menyebutkan bahwa pengembangan kawasan transmigrasi tidak hanya sebatas menyediakan lahan bagi penduduk, melainkan juga membutuhkan konsolidasi masyarakat transmigran agar siap mendukung aktivitas industri yang akan tumbuh. Persiapan perumahan dan fasilitas dasar lainnya turut menjadi perhatian.
“Kalau sudah bisa dipetakan lebih detail jumlah masyarakat transmigran yang ada di wilayah ini, kita bisa lebih cepat menata perumahan dan kebutuhan lainnya. Semuanya harus terencana,” tambahnya.
Kolaborasi Lintas Sektor
Menteri Transmigrasi, Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara, yang mendampingi kunjungan AHY, menegaskan bahwa pengembangan kawasan transmigrasi tidak bisa dikerjakan oleh satu pihak saja. Ia menekankan perlunya sinergi lintas kementerian dan keterlibatan dunia usaha.
“Transmigrasi tidak lagi hanya sekadar perpindahan penduduk. Ini adalah bagian dari visi industrialisasi besar-besaran di luar Pulau Jawa, sesuai gagasan para pendiri bangsa. Transmigran berperan sebagai tenaga kerja, sementara masyarakat lokal harus menjadi mitra utama,” jelas Iftitah.
Ia juga mengungkapkan adanya MoU sejak 2017 terkait pengembangan kawasan transmigrasi Melolo yang kini tengah ditinjau ulang untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan saat ini.
Potensi Sumba Timur
Dalam kesempatan itu, AHY turut menyoroti tantangan geografis yang dialami masyarakat Sumba Timur.
Namun, di balik tantangan tersebut terdapat potensi luar biasa yang dapat digarap dengan keberanian, modal, teknologi, dan inovasi.
Ia menilai PT Muria Sumba Manis, salah satu pabrik gula terbesar di NTT, menjadi motor penggerak penting bagi integrasi industri dan kawasan transmigrasi.
“Bicara pertumbuhan ekonomi, pemerintah tidak bisa sendirian. Dunia usaha, masyarakat lokal, hingga transmigran harus dilibatkan dalam satu ekosistem yang saling menguatkan,” kata AHY.
Menurut AHY, upaya yang sedang dilakukan di Kawasan Transmigrasi Melolo adalah membangun integrasi antara transmigrasi dan industri.
Transmigran memiliki keunggulan berupa lahan serta tenaga kerja, sementara industri membawa modal, teknologi, dan akses pasar. Kolaborasi inilah yang diyakini bisa menciptakan pertumbuhan berkelanjutan.
AHY berharap model pengembangan Melolo dapat direplikasi di kawasan transmigrasi lain di Indonesia.
Dengan begitu, bukan hanya pertumbuhan ekonomi yang terwujud, tetapi juga pengurangan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, dan pengurangan ketimpangan antarwilayah.
Senada dengan AHY, Menteri Iftitah menegaskan komitmennya dalam memperkuat kolaborasi dengan industri.
Menurutnya, kawasan transmigrasi berbasis industri seperti Melolo dapat menjadi proyek strategis yang mendukung transformasi transmigrasi modern.
“Industri berbasis perkebunan akan meningkatkan nilai tambah, membuka lapangan kerja, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kami ingin kawasan transmigrasi Melolo menjadi contoh nyata bahwa transmigrasi modern bukan hanya perpindahan penduduk, melainkan pembangunan pusat ekonomi baru yang berdaya saing,” tegas Iftitah.
Ia menambahkan, koordinasi dengan Kementerian Perindustrian juga tengah diperkuat untuk memastikan keberlanjutan investasi di kawasan Melolo.
Target pemerintah adalah menghadirkan model kawasan transmigrasi yang dapat direplikasi di berbagai daerah lain.
Kehadiran investasi strategis di Melolo diharapkan menjadi titik balik program transmigrasi Indonesia.
Kawasan ini digadang-gadang sebagai simbol transmigrasi modern yang tidak hanya menyelesaikan persoalan kepadatan penduduk, tetapi juga membuka ruang bagi pertumbuhan ekonomi berbasis industri yang inklusif dan berkelanjutan.
Dengan dukungan pemerintah pusat, daerah, serta dunia usaha, Kawasan Transmigrasi Melolo berpotensi menjadi pionir lahirnya pusat-pusat ekonomi baru di luar Pulau Jawa.