PARBOABOA, Jakarta - Nama Nurmala Kartini Sjahrir kembali menjadi sorotan. Sosok akademisi dan aktivis perempuan ini mencuat sebagai salah satu kandidat Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang.
Dikenal sebagai adik dari tokoh senior Luhut Binsar Pandjaitan, perjalanan hidup dan rekam jejaknya di bidang diplomasi, politik, hingga aktivisme menunjukkan bahwa ia punya kapasitas yang tak bisa diremehkan.
Surat Presiden Republik Indonesia Nomor R3 resmi diterima oleh DPR RI. Surat yang tertanggal 1 Juli 2025 itu berisi daftar 24 nama calon duta besar luar biasa dan berkuasa penuh (LBBP) untuk negara-negara sahabat serta organisasi internasional.
Satu nama yang cukup menyita perhatian publik adalah Nurmala Kartini Sjahrir, yang disebut-sebut menjadi kandidat Duta Besar Indonesia untuk Jepang dan akan berkedudukan di Tokyo.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Komisi I DPR, Sukamta, mengungkapkan bahwa surat tersebut memang telah diterima dan masih berada di tangan pimpinan DPR serta Komisi I.
Meskipun belum dapat dikonfirmasi secara resmi, Sukamta mengatakan bahwa sejumlah nama dalam surat itu sesuai dengan nama-nama yang sudah beredar di publik.
Namun, ketika diminta konfirmasi soal nama Nurmala, yang juga merupakan adik dari Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan, Sukamta memilih untuk tidak memberikan komentar lebih jauh.
Sementara itu, juru bicara Luhut Binsar Pandjaitan, Jodi Mahardi, belum memberikan jawaban atas pertanyaan media yang disampaikan melalui pesan singkat.
Komisi I DPR RI telah menjadwalkan uji kelayakan dan kepatutan untuk 24 calon duta besar tersebut pada akhir pekan ini, yakni Sabtu dan Minggu, tanggal 5 hingga 6 Juli 2025.
Rangkaian uji tersebut akan berlangsung di Ruang Rapat Komisi I DPR, Jakarta.
"Komisi I menargetkan seluruh proses uji kelayakan dapat diselesaikan dalam pekan ini, agar pada pekan depan bisa langsung diputuskan oleh DPR," ujar Sukamta, dalam keterangannya yang dikutip dari Antara pada Minggu, (6/06 2025).
Jika terpilih, Nurmala Kartini Sjahrir akan menggantikan posisi dubes sebelumnya dan mengemban tanggung jawab penting dalam memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Jepang, terutama di bidang perdagangan, investasi, dan kerja sama strategis Asia Timur.
Jejak Panjang Nurmala Kartini Sjahrir
Lahir di desa kecil Simargala Huta Namora, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, pada 1 Februari 1950, Nurmala Kartini Sjahrir tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sangat menjunjung tinggi pendidikan dan nilai-nilai kebangsaan.
Ia merupakan putri dari pasangan Bonar Pandjaitan dan Siti Frida Naiborhu (yang juga dikenal sebagai Farida Naiborhu), serta adik dari Luhut Binsar Pandjaitan — tokoh nasional yang pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.
Dalam kehidupan pribadinya, Nurmala menikah dengan Dr. Sjahrir — seorang ekonom dan tokoh politik Indonesia — pada 8 Desember 1979.
Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai dua anak: Pandu Patria Sjahrir, yang kini menjabat sebagai Chief Investment Officer (CIO) di Danantara, dan Gita Rusminda Sjahrir.
Nurmala menempuh pendidikan tinggi di Universitas Indonesia dan meraih gelar sarjana di bidang Antropologi pada tahun 1976.
Selama masa kuliahnya, ia aktif sebagai anggota sekaligus pernah menjabat Ketua Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala UI), sebuah pengalaman yang mempertegas kepeduliannya terhadap lingkungan dan sosial.
Setelah menyelesaikan studi S1, Nurmala melanjutkan pendidikannya ke Boston University di Amerika Serikat, dan berhasil meraih gelar master (1981) serta doktor (1990) dalam bidang Antropologi.
Karier akademiknya dimulai dari posisi sebagai asisten peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Lembaga Ekonomi dan Kemasyarakatan Nasional (Leknas), serta dosen Antropologi di almamaternya, UI.
Ia juga pernah menjabat Ketua Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI), menandakan eksistensinya sebagai akademisi yang disegani.
Nurmala tidak hanya berkutat di dunia akademik. Ia pernah memimpin Partai Perjuangan Indonesia Baru (PIB) sebagai Ketua Umum pada periode 2007–2011.
Ia juga aktif dalam berbagai organisasi sosial, seperti mendirikan Suara Ibu Peduli (SIP) — gerakan perempuan yang berani menyuarakan kelangkaan susu bayi pada masa krisis ekonomi 1998.
Selain itu, ia turut menggagas Yayasan Rumah Ibu yang fokus pada isu kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), serta Yasalira, yayasan yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan.
Pada 10 Agustus 2010, Nurmala Kartini Sjahrir dilantik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Duta Besar RI untuk Republik Argentina merangkap Paraguay dan Uruguay, dengan kedudukan di Buenos Aires.
Masa baktinya berlangsung selama empat tahun, dari 2010 hingga 2014.
Dalam masa tugasnya itu, kontribusinya terhadap penguatan hubungan diplomatik antara Indonesia dan negara-negara akreditasi mendapat pengakuan tinggi.
Pada 15 September 2014, pemerintah Argentina menganugerahkan penghargaan “Order de Mayo el Merito en el Grado Gran Cruz” — sebuah penghormatan tertinggi yang diberikan kepada pejabat asing.
Ini menjadi kali pertama penghargaan tersebut disematkan kepada kepala perwakilan RI di Argentina sejak hubungan bilateral kedua negara dimulai.
Setelah menjabat sebagai penasihat perubahan iklim di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi pada periode 2015–2019, kini Nurmala Kartini Sjahrir bersiap kembali ke jalur diplomasi.
Dengan latar belakang akademik yang solid, pengalaman diplomatik yang matang, serta aktivisme sosial yang konsisten, Nurmala adalah sosok yang membawa kombinasi ideal antara keilmuan, keberpihakan terhadap isu kemanusiaan, dan penguasaan strategi global.
Jika terpilih, ia akan menjadi wajah diplomasi Indonesia di Jepang — negara mitra strategis di kawasan Asia Timur — dalam era yang membutuhkan pendekatan lintas disiplin dan kerja sama internasional yang erat.