Banjir Bandang Terparah 100 Tahun di Texas, 104 Tewas, Trump Tetapkan Bencana Nasional

Tragedi banjir bandang di Texas, AS, telah menewaskan 104 orang. Presiden Donald Trump menggambarkannya sebagai bencana 100 tahun. (Foto: Dok.New York Times)

PARBOABOA, Jakarta - Banjir bandang dahsyat yang menerjang Texas selama liburan akhir pekan Empat Juli telah merenggut setidaknya 104 nyawa dan memicu duka mendalam di seluruh Amerika Serikat.

Di tengah upaya pencarian korban dan pemulihan yang berat, Presiden Donald Trump menyebut tragedi ini sebagai "bencana 100 tahun" dan mengaktifkan dana darurat nasional.

Texas kembali diguncang tragedi besar ketika banjir bandang meluluhlantakkan wilayah itu, menewaskan sedikitnya 104 orang hingga Selasa (8/7/2025).

Tim penyelamat masih berjuang menyusuri puing-puing dan derasnya aliran sungai untuk menemukan para korban yang masih hilang.

Musibah ini terjadi tepat di akhir pekan panjang Empat Juli, momen yang semestinya menjadi simbol kebebasan dan kebahagiaan bagi banyak keluarga Amerika.

Namun, hujan ekstrem yang mengguyur wilayah tersebut justru mengubahnya menjadi ladang kehancuran.

Dari ratusan korban jiwa yang tercatat, setidaknya 27 di antaranya adalah anak perempuan dan para konselor yang menginap di sebuah perkemahan musim panas di dekat Sungai Guadalupe.

Mereka tengah mengikuti kegiatan Camp Mystic—perkemahan Kristen yang sudah lama menjadi tradisi liburan musim panas.

Ketika air sungai meluap secara tiba-tiba, para peserta perkemahan tak memiliki cukup waktu untuk menyelamatkan diri. Dalam hitungan menit, suasana riang berubah menjadi kepanikan dan tragedi.

Korban Diprediksi Bertambah

Peringatan dari badan cuaca nasional menunjukkan bahwa curah hujan tinggi masih akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan.

Tanah yaberlumpur membuat kondisi semakin sulit bagi tim evakuasi yang bekerja dengan helikopter, perahu, dan anjing pelacak.

Pemerintah memperkirakan jumlah korban masih akan bertambah karena banyak yang masih dinyatakan hilang dan terperangkap di area banjir yang belum dapat dijangkau.

Presiden Donald Trump dijadwalkan mengunjungi wilayah terdampak di Texas pada Jumat mendatang.

Di tengah kritik yang menyebut bahwa pemotongan anggaran untuk lembaga cuaca telah memperburuk kesiapsiagaan bencana, Gedung Putih memberikan tanggapan tegas.

Juru Bicara Karoline Leavitt membela pemerintahan Trump dan menyebut tudingan tersebut sebagai “kebohongan yang bejat” yang tidak seharusnya dilontarkan di masa duka nasional seperti ini.

Ia menekankan bahwa Badan Cuaca Nasional telah mengeluarkan peringatan yang tepat waktu, meskipun sejumlah posisi krusial belum terisi sepenuhnya saat kejadian.

Sementara Trump semdiri menyatakan bahwa skala kehancuran akibat banjir bandang ini melampaui perkiraan siapa pun dan menyebutnya sebagai “bencana 100 tahun.”

Dalam langkah cepat yang bertolak belakang dengan pernyataannya terdahulu—yang menyarankan agar penanganan bencana dilakukan oleh pemerintah negara bagian—Trump menandatangani deklarasi bencana besar.

Dengan ini, dana federal serta bantuan logistik dan medis segera disalurkan ke wilayah terdampak.

Camp Mystic Paling Terpukul

Kerr County di Texas tengah mencatat jumlah korban tertinggi, dengan 56 orang dewasa dan 28 anak-anak dilaporkan meninggal dunia.

Di antaranya adalah para peserta Camp Mystic, yang menjadi salah satu titik paling tragis dari bencana ini.

Perkemahan itu tengah menampung sekitar 750 anak perempuan ketika banjir melanda. Tradisi musim panas Amerika yang biasanya diisi dengan aktivitas menyenangkan di alam berubah menjadi mimpi buruk dalam waktu sekejap.

Senator Texas Ted Cruz mengungkapkan kesedihannya dengan mengatakan bahwa perkemahan musim panas seperti Camp Mystic biasanya menjadi tempat anak-anak menciptakan “persahabatan seumur hidup,” namun kini berubah menjadi saksi bisu dari tragedi memilukan.

Sungai Guadalupe, yang meluap begitu cepat, membuat air mencapai puncak pohon dan atap kabin, merendam seluruh perkemahan saat para peserta tengah tertidur.

Bekas amukan air terlihat jelas di seluruh kawasan perkemahan: selimut-selimut basah penuh lumpur, boneka beruang yang terseret hingga ke tepi sungai, serta jendela-jendela kabin yang hancur akibat tekanan air.

Para relawan, termasuk mereka yang kehilangan anggota keluarga, turut membantu pencarian dan evakuasi.

"Kami membantu orang tua dari dua anak yang hilang," ujar Louis Deppe, seorang relawan berusia 62 tahun.

"Pesan terakhir yang diterima orang tua itu hanyalah 'Kami tersapu,' lalu sinyal ponsel hilang sepenuhnya."

Cuaca Ekstrem

Intensitas hujan luar biasa yang turun hanya dalam hitungan jam sejak Kamis malam menyebabkan Sungai Guadalupe naik hingga 26 kaki (sekitar delapan meter) dalam waktu kurang dari satu jam—setara dengan tinggi bangunan dua lantai.

Lonjakan secepat ini sangat berbahaya, terutama karena tanah di Texas selatan dan tengah, wilayah yang dikenal sebagai “Lorong Banjir Bandang”, tidak mampu menyerap air dalam volume sebesar itu.

Para ilmuwan menyatakan bahwa fenomena cuaca ekstrem seperti ini bukan lagi hal yang jarang terjadi.

Perubahan iklim yang dipicu oleh aktivitas manusia telah menyebabkan peningkatan signifikan pada intensitas dan frekuensi bencana alam seperti banjir bandang, kekeringan, serta gelombang panas di seluruh dunia.

Texas kini menjadi bukti nyata bahwa bencana yang dulu disebut langka, kini bisa terjadi dalam sekejap dan dengan dampak yang lebih mematikan dari sebelumnya.

Texas berduka. Namun tragedi ini juga menjadi peringatan global bahwa alam tak lagi bisa diprediksi seperti dulu.

Di tengah kehilangan, ada pelajaran besar tentang pentingnya kesiapsiagaan, solidaritas, dan kesadaran iklim yang mendesak untuk ditindaklanjuti.

Editor: Norben Syukur
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS