PARBOABOA, Jakarta - Dunia olahraga Indonesia kembali berduka. Mayor Jenderal TNI (Purn.) I Gusti Kompyang Manila, atau IGK Manila, tutup usia pada Senin (18/8/2025) di Rumah Sakit Bunda Menteng, Jakarta.
Ia berpulang pada usia 83 tahun dan meninggalkan jejak panjang dalam sejarah sepak bola dan olahraga Indonesia.
Kabar duka ini pertama kali disampaikan oleh Ferry Indra Sjarief, Ketua Panitia Pelaksana Persija Jakarta.
Dalam pesannya kepada rekan-rekan, Ferry menuturkan bahwa sang jenderal telah menghembuskan napas terakhir sekitar pukul 09.00 WIB.
Bagi banyak insan sepak bola, kepergian IGK Manila meninggalkan kesan mendalam. Hermansyah, mantan kiper Timnas Indonesia era 1980-an, mengenang almarhum sebagai sosok yang menanamkan disiplin keras dan rasa nasionalisme mendalam kepada para pemain.
Ia menuturkan bahwa pendidikan dan pembinaan IGK Manila telah membentuk karakter tim Garuda kala itu. Menurutnya, figur sang jenderal akan terus hidup dalam ingatan para pemain yang nyaris membawa Indonesia lolos ke Piala Dunia 1986.
Perjalanan IGK Manila di sepak bola nasional memang sarat prestasi. Sebagai manajer, ia memimpin Timnas Indonesia meraih medali emas di SEA Games 1991 di Manila, Filipina, setelah menaklukkan Thailand lewat adu penalti dramatis.
Kemenangan itu menjadi salah satu pencapaian paling membanggakan dalam sejarah Garuda.
Di level klub, kiprahnya tak kalah berwarna. IGK Manila sempat membesut Persija Jakarta dan membawa tim berjuluk Macan Kemayoran itu menjuarai Liga Indonesia 2001.
Sebelumnya, ia juga mengantarkan Bandung Raya meraih gelar Liga Indonesia 1996, sebuah pencapaian yang menegaskan reputasinya sebagai manajer yang piawai.
Tak hanya di sepak bola, kontribusi IGK Manila meluas ke cabang olahraga lain. Pada 1992, ia dipercaya menjadi Ketua Umum PB Wushu Indonesia.
Dari tangan dinginnya, wushu berkembang pesat hingga melahirkan atlet-atlet berprestasi. Tak berlebihan bila masyarakat olahraga menjulukinya sebagai “Bapak Wushu Indonesia”.
Sosok Pembimbing
Lahir di Singaraja, Bali, pada 8 Juli 1942, IGK Manila mengabdikan hidupnya bukan hanya untuk militer, tetapi juga untuk olahraga dan pembinaan generasi muda.
Semangat disiplin yang ia wariskan menjadi teladan yang tetap relevan hingga kini.
Bagi Erick Thohir, Ketua Umum PSSI saat ini, kepergian IGK Manila terasa begitu personal. Keduanya pernah bekerja bahu-membahu saat Persija Jakarta menorehkan sejarah dengan menjuarai Liga Indonesia 2001.
Saat itu, Erick menjabat sebagai direktur keuangan, sementara IGK Manila dipercaya sebagai manajer tim Macan Kemayoran.
Baginya, IGK Manila bukan hanya rekan kerja, melainkan juga sahabat sekaligus pembimbing yang memberikan teladan. Ia menuturkan bahwa almarhum adalah figur yang penuh dedikasi serta memiliki etos kerja tinggi.
“Saya kehilangan seorang sahabat dan mentor yang setia serta pekerja keras. Kami pernah berjuang bersama di Persija hingga berhasil meraih gelar juara pada 2001,” tulis Erick di dinding IG-nya @erickthohir.
Kemenangan besar Persija kala itu kini tak hanya dikenang sebagai catatan sejarah klub, tetapi juga jejak kebersamaan yang meninggalkan kesan mendalam bagi mereka yang pernah berjalan berdampingan dengan IGK Manila.
Indonesia kehilangan seorang putra terbaik, seorang pemimpin yang mengajarkan arti dedikasi dan pengabdian. Selamat jalan, Jenderal IGK Manila. Jejakmu akan selalu menjadi bagian penting dari sejarah olahraga bangsa.