PARBOABOA, Jakarta – Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan rencananya untuk bertemu langsung dengan Menteri Perdagangan Amerika Serikat (AS) Howard Lutnick pada September 2025 mendatang.
Pertemuan ini diharapkan menjadi langkah strategis dalam negosiasi lanjutan mengenai tarif sektoral antara Indonesia dan AS, yang saat ini masih menjadi sorotan utama dalam hubungan perdagangan kedua negara.
Menurut Luhut, agenda ini telah mendapatkan restu dari Presiden Prabowo Subianto. Ia menegaskan bahwa pertemuan tersebut tidak hanya sekadar diplomasi biasa, melainkan akan menjadi kesempatan untuk menyampaikan data dan argumentasi kuat terkait sejumlah komoditas unggulan Indonesia yang tidak diproduksi di AS.
Harapannya, komoditas tersebut dapat dibebaskan dari beban tarif impor 19 persen yang mulai berlaku sejak 7 Agustus 2025, bahkan diturunkan hingga 0 persen.
“Dengan posisi tawar kita saat ini, saya optimistis bisa membicarakan peluang penghapusan tarif tersebut. Kita sudah berhasil melunakkan sikap Presiden AS Donald Trump dan timnya, sehingga mendapatkan tarif resiprokal yang cukup rendah dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya,” ujar Luhut di kantornya, Jakarta, Rabu (13/8/2025).
Ia menambahkan, saat ini selisih tarif antara Indonesia dan Vietnam hanya 1 persen.
Menteri Perdagangan Budi Santoso menegaskan bahwa negosiasi dengan Washington DC masih berjalan meski kebijakan tarif 19 persen telah diberlakukan.
Menurutnya, peluang penurunan tarif tetap terbuka, mengingat sebelumnya Indonesia sudah berhasil menekan tarif dari 32 persen menjadi 19 persen.
“Dulu dari 32 persen sempat ditunda tiga bulan menjadi 10 persen, lalu setelah negosiasi intens, kita berhasil di posisi 19 persen. Nah, sekarang kita masih berjuang agar beberapa komoditas bisa 0 persen sebelum 1 September,” jelas Budi.
Meski demikian, Mendag enggan membeberkan daftar komoditas yang sedang diupayakan mendapatkan pembebasan tarif.
Ia hanya memastikan bahwa fokus negosiasi kali ini adalah komoditas yang tidak diproduksi oleh Amerika Serikat, sehingga diharapkan tidak menimbulkan resistensi di pihak Washington.
Kebijakan tarif resiprokal sebesar 19 persen yang diterapkan kepada Indonesia ini merupakan bagian dari kebijakan perdagangan global AS, yang juga diumumkan kepada 92 negara lainnya.
Dengan dukungan penuh dari Presiden Prabowo dan strategi diplomasi ekonomi yang terukur, pemerintah optimistis langkah Luhut bertemu Howard Lutnick pada September nanti akan menjadi momentum penting untuk memperkuat posisi Indonesia di pasar Amerika.